Skip to main content

Peluang-Peluang dalam Konteks Perubahan Iklim


Edisi 719 | 03 Jan 2010 |

Salam Perspektif Baru,

Beberapa waktu lalu kita disajikan satu isu global yang mencuat dan diberitakan luas mengenai perubahan iklim yang dibahas dalam konferensi di Copenhagen, Denmark. Ada beberapa kejadian, ada yang memprotes dan yang mendukung. Juga ada perseteruan antara negara maju dan negara berkembang. Pada kesempatan ini, kita mengundang Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DR. Edvin Aldrian. Mudah-mudahan kita bisa memfokuskan pikiran pada yang terjadi dengan dunia saat ini terutama mengenai iklim dan kehidupan kita beberapa waktu yang akan datang.

Edvin Aldrian mengatakan perubahan iklim adalah dampak tidak langsung pemanasan global. Yang terjadi pertama adalah pemanasan global lalu diikuti beberapa gejala langsung seperti kenaikan suhu bumi lalu kenaikan permukaan air laut. Kedua, dampak tadi menyebabkan penurunan luasan atau cakupan es-es di kutub. Dari perubahan langsung tadi juga mengakibatkan perubahan pada iklim. Kalau semula kita memiliki suatu keteraturan iklim seperti awal musim hujan atau kemarau datang di bulan tertentu, maka itu akan berubah. Perubahan pola musim juga akan menganggu aktifitas kehidupan petani dan nelayan. Jadi ada sektor kehidupan yang terkena dan makin lama dirasakan bahwa ternyata hampir seluruh sektor kehidupan manusia terkena dampaknya.

Menurut Edvin Aldrian, pemanasan global terjadi akibat kelebihan energi di atmosfir. Jadi cara paling cerdas mengatasi perubahan iklim adalah dengan menyerap kelebihan energi di atmosfir atau menyerap radiasi matahari itu sendiri dengan solar panel. Kalau cara yang sangat eco friendly, pilihannya adalah energi angin dan solar panel. Denmark sebenarnya sudah mengambil keuntungan nyata dari perubahan iklim dengan membuat kincir angin yang sangat efisien. Itu sudah dijual dan memberikan profit pada negara mereka, sehingga mereka melihat bahwa perubahan iklim adalah suatu pasar. Pasar untuk menyebarkan teknologi mereka.

sumber:http://www.perspektifbaru.com/

Comments

Popular posts from this blog

Data Argo Float

Berikut adalah artikel yang saya dapatkan dari http://www.mosaiklautkita.com/ARGO.html yang merupakan tulisan dari Dr.Lamona Barnawis. Cukup bagus untuk tahapan-tahapan dalam mengenal dan mengolah data oseanografi. selamat membaca ============================================== Argo Untuk Menginformasikan Keadaan Lautan dan Iklim Lamona Irmudyawati Bernawis Pelajar S3, Laboratory of Physics and Environmental Modelling Tokyo University of Marine Science and Technology Sejarah singkat Bermula sebagai bagian dari World Ocean Circulation Experiment (WOCE) 1990-1997, Russ Davis dari Scripps University of Oceanography dan Doug Webb dari Webb Research Corporation membangun Autonomous Lagrangian Circulation Explorer (ALACE) untuk mengambil data arus laut di kedalaman 1000m pada seluruh lautan. ALACE ini dipasang pada pengapung (float), yang diatur akan naik ke permukaan laut dalam selang yang teratur agar posisinya dapat diperbaiki melalui satelit. Kemudian disadari bahwa dalam proses naik ke p

Ocean Day

As a result of a United Nations General Assembly resolution passed in December 2008, World Oceans Day is now officially recognized by the UN as June 8th each year. The concept for a “World Ocean Day” was first proposed in 1992 by the Government of Canada at the Earth Summit in Rio de Janeiro, and it had been unofficially celebrated every year since then. Since 2002, The Ocean Project and the World Ocean Network have helped to promote and coordinate World Oceans Day events worldwide. We help coordinate events and activities with aquariums, zoos, museums, conservation organizations, universities, schools, and businesses. Each year an increasing number of countries and organizations have been marking June 8th as an opportunity to celebrate our world ocean and our personal connection to the sea. Together, we also developed and widely circulated a petition to the United Nations urging them to officially recognize World Oceans Day. With help from our Partner organizations, tens of thousands

Indonesian drought, Kenyan flooding

by Chun Knee Tan on July 5, 2008 Keywords: climate systems, drought, El nino, flood, Indian Ocean Dipole, Indonesia, Kenya When a drought occurs in Indonesia, there could be flooding later in Kenya. But what are the linkages between these two disasters? The answer is a phenomenon discovered 10 years ago called Indian Ocean Dipole (IOD). During normal conditions in the Indian Ocean, the sea surface temperature is warmer in the east and cooler in the west. When an Indian Ocean Dipole event occurs, the situation is reversed. Cooling of the eastern part of the Indian Ocean results in less convection and less rain. Consequently, we see a longer drought in western Indonesia during the summer and fall. Meanwhile, on the opposite side of the Indian Ocean, the abnormal warming results in enhanced cloud formation, more rain and serious flooding in eastern Africa. Current research has revealed that this IOD effect not only alters weather patterns in the surrounding region, but als