Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2009

Teladan para Musisi

Setiap hari bukan hal yang aneh bila kita melihat orang-orang disekeliling kita, baik di kampus, dikantor atopun di angkot yang menggunakan earphone. Bisa saja itu tersambung ke iPhone, MP3, Hp dll, seiring dengan perkembangan teknologi yang ada, dan seolah menjadi trend tersendiri. Akan tetapi point yang ingin saya sampaikan disni adalah siapa dibalik suara-suara musik dibelakang earphone tersebut. ya...mereka adalah para musisi, mulai dari band, boysband, duo,duet,trio,single dll. Kita tidak berbicara artis yang terjun ke dunia politik yang baru-baru ini meramaikan kembali Senayan sana. Satu hal yang saya salut dari musisi tersebut adalah produktivitas mereka. Terlepas dari tuntutan kontrak yang telah mereka tandatangani, patut diacungi jempol bagi mereka yang konsisten untuk menghasilkan album baru tiap tahunnya. Sebut saja band-Ungu (kebetulan favorit saya) baru saja merilis album, begitu juga Agnes monica, the Changcuter, dll. Kalo kita lihat aktifitas mereka mungkin tidak lepas d

Massa Air Selat Makassar

Massa air adalah tubuh air yang relatif homogen yang dapat dicirikan oleh karakteristiknya. Karakteristik atau sifat-sifat yang terpenting untuk menggambarkan massa air ini dicirikan oleh suhu, salinitas serta densitas yang merupakan komponen utama dalam mengenali massa air pada suatu perairan, termasuk Selat Makassar yang merupakan jalur utama arus lintas Indonesia (Arlindo). Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan sebaran suhu, salinitas dan kandungan oksigen terlarut di perairan Selat Makassar pada bulan Juli 2005 serta Mempelajari sifat atau karakteristik massa air untuk mengenali massa air yang bergerak di perairan Selat Makassar, dengan batas wilayah kajian adalah 4o59’58,2” LS – 2o35’58,3” LS dan antara 118o11’57,30” BT – 118o48’35,74” BT. Penelitian ini dilaksanakan selama pelayaran riset INSTANT (International Nusantara Stratification and Transport) Badan Riset Teknologi Kelautan dan Perikanan (BRKP) Departemen Kelautan dan Perikanan pada tanggal 3 Juli -. 14 Juli 2005. Me

The WOC and marine carbon trading

Alan F. Koropitan , Minneapolis | Sat, 05/16/2009 2:06 PM | National Indonesia's Maritime Affairs and Fisheries Ministry showed a strong desire to propose marine carbon trading as an additional component in the Clean Development Mechanism (CDM) during the just concluded World Ocean Conference (WOC) in Manado, North Sulawesi. In other words, beside forests, the Indonesian delegation wants the Indonesian seas to be considered in carbon trading. Will this proposal benefit the country? Before finding out the proper answer, it is better to understand air-sea carbon exchange and its controlling factors. There are four main parameters: Partial pressure of CO2 (pCO2), dissolved inorganic carbon (DIC), total alkalinity and pH. Although they interrelate in the ocean, the reference parameter is pCO2. If pCO2 at the ocean's surface (SSpCO2) is lower than pCO2 in the atmosphere, the surface of the ocean absorbs atmospheric CO2, and vice versa. SSpC

My lovely country

Indonesia is a large country situated around the equator, consisting of several large land masses eg. Sumatra and Kalimantan, and hundreds of smaller islands. Many areas are volcanic and very mountainous, some exceeding 10 000ft (3000m) in height. As a result there are many sharp local differences of climate within the country; temperatures are much lower in the hills, and the season and amount of maximum rainfall varies with the different exposure of the islands to the two main seasonal wind systems. From November - March, the country is dominated by the north monsoon, blowing from China; while May - September is the period of the south monsoon, which blows from the Indian Ocean and Australia. A transition period between the two monsoons may be observed in April and October, during which the winds are light and variable in direction. Other than the cooler temperatures found in the mountains, Indonesia's weather and climate are typical of tropical, equatorial regions. Rainfall is

Tsunami??

berikut ini ada link utk Early Warning System tsunami: http://www.iptek.net.id/ind/animasi/TEWS1.swf hmm..gimana nasibnya kalo buoy tsb hilang yah, dicuri orang atau terhempas gelombang???

CTI declaration 2009

The Jakarta Post , Manado | Fri, 05/15/2009 1:10 PM | Headlines Representatives from 76 countries convening at the inaugural World Ocean Conference (WOC) agreed Thursday to push ocean issues as an agenda at the United Nations climate talks in Copenhagen in December. "We reiterate the importance of achieving an effective outcome at the COP-15 *Conference of Parties* of the UNFCCC *United Nations Framework Convention on Climate Change* in Copenhagen, and invite parties to consider how the coastal and ocean dimension could be appropriately reflected in their decisions," the Manado Ocean Declaration (MOD) read. Despite criticism the MOD was not strong enough to push the international community to help developing nations deal with the impacts of climate change, Indonesian Maritime Affairs and Fisheries Minister Freddy Numberi, chairman of the conference, said the WOC had put oceans center stage in world attention and raised awareness of the importance of oc

Perubahan harus bersama?

MANADO, KOMPAS.com — Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi mengatakan, Indonesia menekankan perlunya upaya bersama negara-negara kelautan untuk mengatasi dampak perubahan iklim. "Tidak mungkin negara jalan sendiri-sendiri. Setiap negara punya rencana aksi nasional yang bisa dilaksanakan secara bersama-sama," ujar Freddy, dalam pembukaan Konferensi Kelautan Dunia, di Manado, Senin (11/5). Ia mengakui, negara-negara masih alergi dengan mitigasi karena terkait dengan pengurangan emisi. Padahal, dampak perubahan iklim sangat membawa dampak terhadap negara-negara kecil. Penasihat Delegasi Indonesia untuk WOC, yang juga Mantan Menteri Lingkungan Hidup Sarwono Kusumaatmaadja, mengatakan, WOC adalah langkah pertama untuk mengarusutamakan peran laut dalam upaya stabilisasi iklim global. Selama ini, laut nyaris tidak tersentuh dalam kebijakan nasional di negara. Penelitian-penelitian tentang kelautan belum dimasukkan dalam kerangka kebijakan negara.

WOC 2009 dan CTI

Selasa, 12 Mei 2009 | 22:37 WIB MANADO, KOMPAS.com - Prof Dr Emil Salim, Ketua Delegasi Indonesia untuk Konferensi Kelautan (WOC), KTT Terumbu Karang (CTI), mengatakan strategi penanggulangan perubahan iklim business as usual (BAU) atau strategi penanggulangan setelah ditemukan kasus dampak perubahan iklim sama sekali tidak efektif. Ia mengatakan saat ini dibutuhkan solusi nyata dalam bidang science untuk membantu negara dunia ketiga, seperti Indonesia yang paling merasakan dampak climate change . Mantan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup ini mengatakan hal tersebut ketika mengantarkan kata sambutan di depan ratusan tamu asing maupun dalam negeri yang menghadiri pembukaan International Symposium on Ocean Science Technology and Policy di ruang Plenary Hall Gedung Manado Convention Center (MCC), Selasa (12/5). Lebih lanjut Emil mengungkapkan saat ini dampak perubahan iklim sudah terasa terjadi di Indonesia. Ia mengungkapkan dari 70.500 pulau yang ada di Indonesia,