Sebaran data oseanografi yang ada di seluruh dunia ternyata sangatlah diperlukan bukan semata-mata untuk kepentingan individu, kelompok atau organisasi tertentu. Data-data tersebut bila dikumpulkan dalam wadah tertentu tentu saja akan memberikan kemanfaatan yang lebih besar terutama dalam bidang ilmu pengetahuan yang diperuntukan bagi kesejahteraan manusia pada akhirnya. Melalui data-data yang terintegrasi itulah ilmu pengetahuan dalam bidang oseanografi bisa berkembang lebih cepat dan lebih baik.
Beberapa dasawarsa terakhir, banayak sekali hasil-hasil riset yang berbasiskan data deret waktu puluhan hingga ratusan tahun yang lalu. Melalui data tersebut, para ilmuwan mencoba 'membunyikan' data tersebut memalui interpretasi ilmiah dari bidang ilmu yang dipelajarinya. Maka tidak salah bila data-data dari badan antariksa USA (NASA) kemudian NOAA, serta sumber data lainnya selalu dinantikan oleh para peneliti karena keakuratannya serta kemudahannya untuk mendapatkan data yang komplit.
Sehubungan dengan sumber data tersebut, pemerintah Australia pun tidak ketinggalan dalam membuat sebuah portal data oseanografi interaktif yang dapat diakses dengan mudah oleh para penggunanya. Gelontoran dana jutaan dolar dari pemerintah Federal Australia berusaha dimanfaatkan oleh para peneliti setempat untuk mengintegrasi dan mensinergikan data-data kelautan di Australia dan sekitarnya. Adalah IMOS ocean portal yang merupakan kepanjangan dari Integrated marine Observing System yang dibangun untuk memudahkan para pengguna dalam mengakses data-data, terutama hasil pengukuran langsung di lapangan, dalam sebuah portal yang terintegrasi. Para pengguna yang tidak hanya dari Australia dapat dengan mudah mengakssesnya melalui http://imos.org.au/. Dan kabar gembiranya, portal ini tidak hanya menyediakan data-data fisik kelautan, tetapi juga data-data biologi kelautan seperti plankton, klorofil a, dll.
Sebuah langkah yang bagus ditunjukkan oleh Universitas Padjadjaran , dalam hal ini fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan untuk membangun sebuah pusat data perikanan dan kelautan secara terintegrasi, dapat di baca dalam posting sebelumnya. Memang bukan perkara mudah untuk mengumpulkan data-data yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain dibutuhkan tim khusus untuk mengumpulkan data-data 'mentah' tersebut, kemudian diperlukan validasi dari data-data yang didapatnya, lalu kemudian layak untuk ditampilkan dalam sebuah 'portal' terintegrasi. Sebagai langkah awal bisa dilakukan oleh tim di Unpad tersebut dengan lebih spesifik pengumpulan data-data yang ada di beberapa daerah, semisal Jawa Barat, DKI dan sekitarnya. Sebagai tahap awal, mahasiswa yang mengikuti magang, PKL dan penelitian tentu saja merupakan sumber daya yang bisa diandalkan untuk melakukan pengumpulan data-data tersebut. Semoga saja konsistensi dan energi yang ada bisa terus dijaga sehingga data yang diinginkan bisa sesuai dengan harapan semula.
Beberapa dasawarsa terakhir, banayak sekali hasil-hasil riset yang berbasiskan data deret waktu puluhan hingga ratusan tahun yang lalu. Melalui data tersebut, para ilmuwan mencoba 'membunyikan' data tersebut memalui interpretasi ilmiah dari bidang ilmu yang dipelajarinya. Maka tidak salah bila data-data dari badan antariksa USA (NASA) kemudian NOAA, serta sumber data lainnya selalu dinantikan oleh para peneliti karena keakuratannya serta kemudahannya untuk mendapatkan data yang komplit.
Sehubungan dengan sumber data tersebut, pemerintah Australia pun tidak ketinggalan dalam membuat sebuah portal data oseanografi interaktif yang dapat diakses dengan mudah oleh para penggunanya. Gelontoran dana jutaan dolar dari pemerintah Federal Australia berusaha dimanfaatkan oleh para peneliti setempat untuk mengintegrasi dan mensinergikan data-data kelautan di Australia dan sekitarnya. Adalah IMOS ocean portal yang merupakan kepanjangan dari Integrated marine Observing System yang dibangun untuk memudahkan para pengguna dalam mengakses data-data, terutama hasil pengukuran langsung di lapangan, dalam sebuah portal yang terintegrasi. Para pengguna yang tidak hanya dari Australia dapat dengan mudah mengakssesnya melalui http://imos.org.au/. Dan kabar gembiranya, portal ini tidak hanya menyediakan data-data fisik kelautan, tetapi juga data-data biologi kelautan seperti plankton, klorofil a, dll.
Sebuah langkah yang bagus ditunjukkan oleh Universitas Padjadjaran , dalam hal ini fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan untuk membangun sebuah pusat data perikanan dan kelautan secara terintegrasi, dapat di baca dalam posting sebelumnya. Memang bukan perkara mudah untuk mengumpulkan data-data yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain dibutuhkan tim khusus untuk mengumpulkan data-data 'mentah' tersebut, kemudian diperlukan validasi dari data-data yang didapatnya, lalu kemudian layak untuk ditampilkan dalam sebuah 'portal' terintegrasi. Sebagai langkah awal bisa dilakukan oleh tim di Unpad tersebut dengan lebih spesifik pengumpulan data-data yang ada di beberapa daerah, semisal Jawa Barat, DKI dan sekitarnya. Sebagai tahap awal, mahasiswa yang mengikuti magang, PKL dan penelitian tentu saja merupakan sumber daya yang bisa diandalkan untuk melakukan pengumpulan data-data tersebut. Semoga saja konsistensi dan energi yang ada bisa terus dijaga sehingga data yang diinginkan bisa sesuai dengan harapan semula.
Comments