Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2009

Lima Poin dari Indonesia untuk Iklim Dunia

Presiden Indoensia menjelaskan ada lima hal yang menjadi usulan dan pandangan Indonesia sehingga kesepakatan di Kopenhagen bisa dicapai. Hal tersebut disampaiakan pada pidato sesi pertemuan UNFCCC KTT Iklim dunia di Kopenhagen. Berikut poin-poin pandangan Indonesia tersebut: 1. Target utama adalah membatasi terjadi pemanasan global dengan kenaikan suhu udara tidak lebih dari dua derajat. Untuk mencapai tujuan itu bisa dilakukan dengan melaksanakannya sesuai hal yang ada dengan tanggung jawab masing-masing dan saling menghormati kapabilitas yang dimiliki. 2. Indonesia meminta negara maju untuk memenuhi kewajiban sejarah mereka untuk memperlambat, menghentikan bahkan mencegah pemanasan global. Menurut Presiden SBY, Indonesia percaya komitmen ini merupakan 40 persen dari yang diminta oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), di lain pihak Presiden juga meminta negara industri melakukan hal yang sama. 3. Memiliki pandangan agar mitigasi dan adaptasi serta kerjasama intern...

Pesona Hampa Obama di Kopenhagen

INILAH.COM, Kopenhagen - Pesona Presiden AS Barack Obama seolah tak pernah surut. Dalam konferensi perubahan iklim (UNFCCC) di Kopenhagen, Denmark, ia kembali membuktikan diri sebagai pemimpin dunia. "Untuk pertama kalinya dalam sejarah, semua negara dengan perekonomian terbesar bersatu untuk menerima tanggung jawab mereka dalam mengambil tindakan mengatasi perubahan iklim," tutur Obama dengan bangga ketika konferensi pers di Kopenhagen, Sabtu (19/12). Kebanggaan tampak terpancar jelas dari wajahnya, karena telah menemui para pemimpin India, China, Brasil, dan Afrika Selatan. Mereka telah menyepakati target mitigasi untuk membatasi pemanasan global (global warming) tak lebih dari dua derajat Celcius. Target emisi itu, lanjut Obama, bertujuan untuk mencegah dampak pemanasan global yang bakal dirasakan seluruh dunia pada 2050 jika mereka gagal. Ia juga menyadari bahwa langkah pertama ini pasti bakal sulit. Sebab belum tentu semua negara sepaham dan sejalan. Kesepakatan yang tid...

Tepatkah Menyalahkan Karbon?

Rabu, 16 Desember 2009 00:01 WIB ditulis oleh Halmar Halide di harian media indonesia Meskipun sempat diterpa isu skandal climate-gate, konferensi perubahan iklim di Kopenhagen tetap berlangsung. Sebagaimana diketahui, skandal penting tersebut telah menghasilkan beberapa hal, seperti penyelidikan tokoh-tokoh skandal mulai dari kampus di AS dan Inggris (Pennsylvania State University dan University of East Anglia) yang membuat seorang tokoh kunci masalah keikliman Inggris lengser dari jabatannya hingga hearing (dengar pendapat) di Senat AS, 3 Desember 2009 yang menghadirkan seorang penasihat sains Presiden AS Barack Obama. Perhelatan dunia tentang perubahan iklim tersebut rupanya jauh lebih penting daripada sang skandal karena para delegasi dari berbagai negara membahas dua isu penting, yakni (i) pengurangan emisi karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya dan (ii) pemberian dana kompensasi bagi negara-negara miskin untuk menghadapi dampak perubahan iklim. Pertemuan ini akan...

Langkah Indonesia di Kopenhagen

Backwards step for forest deal A proposal aimed at saving the world's tropical forests suffered a setback Sunday, when negotiators at the UN climate talks ditched plans for faster action on the problem because of concerns that rich countries aren't willing to finance it. http://en.cop15.dk/news French President Nicolas Sarkozy and his Indonesian counterpart, Susilo Bambang Yudhoyono, said in a joint statement that they're working hard toward an "ambitious agreement" in Copenhagen. They met Monday in Paris. France is supporting a plan for fighting deforestation at the talks. The issue is important for Indonesia because it is home to 10 percent of the world's forests. A proposal aimed at saving tropical forests — and reducing emissions by doing so — suffered a setback this weekend when climate negotiators dropped plans for faster action on the problem because of financing concerns. (Photo: Scanpix/Reuters) AP/Nanet poulsen 14/12/2009 11:20 Destruction of forest...

Pengaruh Sun Spot terhadap Iklim

Jumat, 11 Desember 2009 | 10:17 WIB JAKARTA, KOMPAS.com — Pada 2006 Indonesia dituduh menjadi negara ketiga terbesar pencemar CO di atmosfer sehingga dituding sebagai salah satu penyebab utama perubahan iklim global. Untuk mengetahui emisi GRK, terutama konsentrasi CO di atmosfer, pada 2006 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional terlibat dalam penelitian. Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Lapan merintis pembuatan instrumentasi sistem sampling untuk meneliti konsentrasi CO secara horizontal dan vertikal. Uji coba vertikal dilakukan di Bandung, Jawa Barat, dan Watukosek, Jawa Timur, pada 2006. Penelitian dari Panel Ahli Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) menunjukkan, konsentrasi CO tahun 2004 sebesar 378 ppm dan akan meningkat menjadi 714 ppm. ”Hasil analisis data lapangan menunjukkan, CO tidak berpengaruh signifikan pada pemanasan global. Analisis data menunjukkan, konsentrasi sekitar 400 ppm,” ujar Chunaeni Latief, Msc (61), yang dikukuhkan sebagai profes...

Pak Menteri Berusaha Mengangkat Nasib Nelayan

Tiada hari tanpa inovasi! Begitu semangat yang dipegang Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad ketika beliau masih menjabat sebagai Gubernur Gorontalo. Dari provinsi yang tergolong masih belia ini beliau belajar membangun kelautan dan perikanan. Berikut penuturan langsung pengalamannya. Ketika mengawali kedinasan saya sebagai Gubernur Gorontalo, pertama yang saya cari adalah data tentang profil ekonomi masyarakat petani dan nelayan, karena mereka merupakan mayoritas penduduk Gorontalo. Data yang saya peroleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo menunjukkan bahwa saat itu ada sekitar 30.100 Rumah Tangga Perikanan (RTP) yang beranggotakan sekitar 125.000 jiwa (14,79%) dari total penduduk Provinsi Gorontalo tahun 2002 yaitu 845.166 j iwa. Mereka menggantungkan hidupnya pada ekonomi kelautan dan perikanan. 98.200 jiwa dari mereka berprofesi sebagai nelayan. Struktur sosial ekonomi RTP di Provinsi Gorontalo saat itu masih berbentuk piramida ini mencerminkan betapa t...

Indonesia Produsen Ikan terbesar Dunia??

Indonesia the world’s largest fish producer in 2015: Minister Andi Hajramurni , The Jakarta Post , Makassar, South Sulawesi | Wed, 12/09/2009 10:03 PM | Business The government has increased measures to meet its target of catapulting the country to the top fish producer in the world in the coming six years. Maritime Affairs and Fisheries Minister Fadel Muhammad said Wednesday, however, the achievement would require a change in the development program’s orientation from land to marine. Fadel said Indonesia’s abundant fishery and maritime potential should be converted into huge foreign exchange reserves so the sector became the backbone of the country’s economy. “We have projected that the country will emerge as the world’s biggest fish producer in 2015,” Fadel told a ceremony that marked the celebration of Nusantara (archipelago) Day in Makassar. Fadel said the government expected the event to kick-start a new development strategy that relied ...

Diplomasi Indonesia di Kopenhagen

07 Des 2009 13:25 WIB COP15-Copenhagen: DELRI memperjuangkan BALI ACTION PLAN Siaran Pers Delegasi Republik Indonesia Delegasi RI ke Kopenhagen Memperjuangkan Bali Action Plan Jakarta, 6 Desember 2009. Konferensi PBB untuk Perubahan Iklim akan berlangsung di Kopenhagen Denmark dari tanggal 7 Desember hingga 18 Desember 2009. Pada Konferensi Para Pihak ke 15 ini Indonesia akan mengirimkan 60 anggota Delegasi RI (Delri) dipimpin oleh Rachmat Witoelar sebagai Ketua Delegasi (Negosiasi) yang juga bertindak sebagai Ketua Juru Bicara Delri. Pada high-level segment tanggal 17-18 Desember Delri akan dipimpin langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono dengan Ketua Pengganti (alternate) Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa; Menteri Lingkungan Hidup, Gusti Muhammad Hatta serta Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), Rachmat Witoelar. Anggota Delri mewakili para pemangku kepentingan perubahan iklim di Indonesia, termasuk Kementerian dan Lembaga Negara terkai...

Agenda Pertemuan Kopenhagen 2009

Paris (ANTARA News/AFP) - Konferensi iklim PBB pada 7 hingga 18 Desember, pada awalnya diajukan sebagai pelengkap perjanjian baru untuk menangani emisi gas rumah kaca dan dampaknya setelah 2012. Kemajuan yang lamban dalam pembicaraan, khususnya oleh para politikus Amerika Serikat, membuat pertemuan tersebut dipandang sebagai cara terbaik untuk membentuk kerangka perjanjian, yang detilnya akan digodog tahun depan. Di bawah ini adalah masalah utama yang dibahas: Pengurangan emisi: Masalah terbesar adalah menghimpun janji untuk mengurangi emisi pada 2020, karena ini dipandang sebagai tahapan penting menuju sasaran tahun 2050, yakni mengurangi separoh polusi karbon tahunan. Pengurangan emisi memerlukan biaya ekonomi, karena berkaitan dengan efesiensi energi dan penggantian teknologi yang lebih bersih. Dalam hal ini, faktor harga menjadi bahasan penting di tengah krisis keuangan global belakangan ini. Negara-negara kaya dituding sebagai penyebab pemanasan global dan dianggap lebih berkepent...

China dan Pertemuan Kopenhagen

Nanjing, China (ANTARA News) - Masalah perubahan iklim global tak bisa dipecahkan tanpa kepemimpinan dan tanggung jawab China, kata Perdana Menteri Swedia Fredrik Reinfeldt Senin dalam kapasitasnya sebagai presiden Uni Eropa. "Kita tak bisa memecahkan tantangan iklim untuk umat manusia tanpa kepemimpinan dan tanggung jawab China," kata Reinfeldt setelah pertemuan puncak China-Uni Eropa seperti dilaporkan AFP. "Sejauh ini kami meyakini bahwa upaya global dalam perundingan masalah itu tidak cukup ... masih banyak yang perlu dilakukan," katanya. Pada konferensi pers bersama dengan Reinfeldt, Perdana Menteri China Wen Jiabao berpendapat bahwa ikrar China pekan lalu untuk merendahkan pertumbuhan emisi gas rumah kacanya merupakan `sumbangan besar kepada upaya-upaya global.` "China berada di tempat penting pada konferensi Kopenhagen mendatang. Saya akan hadir mewakili China," katanya. Dia mengharapkan, perundingan yang berlangsung 7-18 Desember di Kopenhagen ber...