Estafet
pergantian kepemimpinan nasional di Indonesia harus dirayakan dengan
bergembira. Event rutin 5 tahunan ini memang menjadi penantian yang menarik
bagi sebagian besar warga Indonesia. Karena memang sebagian dari mereka itu
pula yang mempunyai hak untuk memilih para pemimpinnya. Layaknya sebuah
perhelatan piala dunia setiap empat tahunan sekali, para penggemar sepakbola
dunia terus menantikan sajian even akbar tersebut. Mereka seolah tak perduli
tim negaranya ikutan terlibat atau tidak, mereka hanya ingin bergembira. Salah
satu warga dunia yang masuk kategori itu adalah warga Indonesia. Selalu
antusias terhadap helatan Piala Dunia di manapun diseleggarakannya. Lihat saja
semarak iklan-iklan, merchandise, nonton bareng hingga penjual kaos jiplakan tim-tim
piala dunia yang dijual di emperan jalan. Padahal tim garuda belum pernah tuh
masuk piala dunia sama sekali. Kenapa bisa begitu? Karena mereka ingin ikut
bergembira bersama warga dunia sepakbola lainnya.
Kegembiraan
yang sama juga dirasakan belakangan ini mendekati hari-hari pencoblosan PEMILU
2019. Gairah yang luar biasa terjadi kali ini cukup istimewa. Karena
pelaksanaan pemilihan umum dilakukan secara serentak untuk pertama kalinya
antara pemilihan presiden/wakil presiden dan juga DPR/DPRD juga DPD itu versi
komplitnya di Indonesia. Tapi untuk pemilih di luar negeri, yang ada hanya
pemilihan presiden/wakil presiden dan juga pemilihan anggota DPR RI. Tapi hal
tersebut tidak mengurangi kegembiraan serta antusiaseme yang tinggi dari WNI
yang ada di luar negeri. Tak kurang dari 2 juta pemilih di luar negeri tersebar
di penjuru dunia. Malaysia menyumbang jumlah paling tinggi hampir mendekati 1
juta pemilih. Tentu hal ini disebabkan banyaknya tenaga migran yang bekerja di
negara jiran ini. Sementara sisanya tersebar sebagai diaspora serta pelajar
Indonesia di berbagai belahan dunia.
Saya pribadi
pemilu 2019 ini adalah kali ke-3 melakukan pencoblosan di luar negeri. Tahun
2009 adalah yang pertama saya lakukan di Adelaide, Australia. Lalu tahun 2014
dan 2019 ini terjadi di Bremen, Jerman dan semuanya melalui post. Panitia
pemilihan umum di luar negeri memang memfasilitasi para pemilih yang terdaftar
untuk memilih melalui post. Hal ini akan sangat memudahkan bagi mereka yang
memang cukup jauh dari TPS yang tersedia. Untuk di Jerman sendiri ada 3 TPS,
yaitu di Berlin, Frankfurt dan Hamburg semuanya bertempat di kantor perwakilan
pemerintah Indonesia di kota tersebut. Saya tercatat di TPS Hamburg dengan
melalui pengiriman post. Banyak kawan yang sengaja pergi ke Hamburg untuk
sekedar merasakan kegembiraan berada di TPS luar negeri yang mungkin entah
kapan bisa terulang. Selain itu, ada banyak pelajar Indonesia lainnya serta
diaspora yang berkumpul pada saat mencoblos tersebut. Tentu menjadi ajang
silaturahim dan menambah keakraban sebagai warga negara Indonesia yang tinggal
di perantauan.
Perbedaan
pilihan politik adalah hal yang biasa dan wajar terjadi. Sejarah kita pun
mencatat peran pelajar Indonesia di luar negeri sejak era awal kemerdekaan.
Tokoh-tokoh kemerdekaan pun memiliki ideologi yang berbeda serta pemahaman yang
tidak selalu sama terhadap masalah bangsa. Toh pada akhirnya mereka bisa
bersatu untuk Indonesia merdeka. Alam demokrasi yang kita nikmati saat ini pun
adalah hasil dari ideologi dan pemikiran pada pendahulu kita. Kontribusi yang
tidak bisa dipandang sebelah mata. Lalu, apa jadiya kalau kita sebagai pewaris
bangsa ini tidak mampu menyikapi dengan bijak perbedaan pilihan politik kita?
Pasti banyak
juga diantara kita yang sangat jengah dengan perbedaan sikap politik yang tidak
menggembirakan. Justru malah menyedihkan. Sesama saudara, tetangga, kerabat
yang terpecah gara-gara perbedaan sikap politik lima tahunan tersebut. Kalau
kita melihat sejarah panjang para pendahulu kita, seharusnya sih kita tidak
perlu terlalu jauh hingga meretakkan hubungan kita dengan kawan, kerabat dan
tetangga yang berbeda dengan kita, apalagi hanya karena sikap politik belaka.
Banyak kok dalam satu atap, para penghuninya memiliki kecenderungan politik
yang berbeda. Suami dengan istri, ayah dengan anak, kakak dengan adik dan
seterusnya. Tak ubahnya saat kita dalam keluarga menggemari tim sepak bola yang
berbeda di piala dunia, karena…..tidak ada timnas kita di situ kann?? Sudahlah,
siapapun yang akan menang, hakikatnya kemenangan bagi rakyat juga. Tak perlu
terlalu tegang, bergembiralah dan rayakan gairah lima tahunan itu dengan
senyuman dan datang ke TPS terdekat Anda. Selamat mencoblos!
Bremen,
15.04.2019
Comments