Skip to main content

Massa Air Selat Makassar

Massa air adalah tubuh air yang relatif homogen yang dapat dicirikan oleh karakteristiknya. Karakteristik atau sifat-sifat yang terpenting untuk menggambarkan massa air ini dicirikan oleh suhu, salinitas serta densitas yang merupakan komponen utama dalam mengenali massa air pada suatu perairan, termasuk Selat Makassar yang merupakan jalur utama arus lintas Indonesia (Arlindo).

Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan sebaran suhu, salinitas dan kandungan oksigen terlarut di perairan Selat Makassar pada bulan Juli 2005 serta Mempelajari sifat atau karakteristik massa air untuk mengenali massa air yang bergerak di perairan Selat Makassar, dengan batas wilayah kajian adalah 4o59’58,2” LS – 2o35’58,3” LS dan antara 118o11’57,30” BT – 118o48’35,74” BT. Penelitian ini dilaksanakan selama pelayaran riset INSTANT (International Nusantara Stratification and Transport) Badan Riset Teknologi Kelautan dan Perikanan (BRKP) Departemen Kelautan dan Perikanan pada tanggal 3 Juli -. 14 Juli 2005. Metode penelitian secara umum adalah deskriptif berupa pengukuran parameter oseanografi fisika yang meliputi suhu, salinitas dan kedalaman dengan menggunakan Conductivity Temperature Depth (CTD) serta pengukuran oksigen terlarut yang diambil secara in situ dengan metode titrasi. Kemudian dilakukan analisis berupa penggambaran profil grafik secara menegak, melintang dan mendatar serta grafik suhu-salinitas (T-S) untuk membantu mengetahui karakteristik asal-usul massa air di perairan tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan suhu permukaan Selat Makassar sebelah utara lebih hangat berkisar antara 29,14oC – 29,69oC dan sebelah selatan antara 27,44oC – 29,10oC. Sedangkan salinitas permukaan menurun dari utara ke selatan, bagian utara berkisar antara 33,441 psu- 35,314 psu dan bagian selatan antara 33,916 psu – 35,206 psu. Kandungan oksigen terlarut bagian utara berkisar antara 3,25 ml/l – 3,52 ml/l dan di bagian selatan selat antara 3,20 ml/l – 3,84 ml/l. Massa air yang berada di Selat Makassar ini berasal dari Samudera Pasifik Utara yang terdiri dari Massa Air Subtropik Pasifik Utara pada kedalaman 100 -150 meter dan Massa Air Menengah Pasifik Utara pada kedalaman 350 – 400 meter.

Kata-kata kunci: Massa air, Suhu, Salinitas, Oksigen Terlarut, Selat Makassar

Comments

Popular posts from this blog

Data Argo Float

Berikut adalah artikel yang saya dapatkan dari http://www.mosaiklautkita.com/ARGO.html yang merupakan tulisan dari Dr.Lamona Barnawis. Cukup bagus untuk tahapan-tahapan dalam mengenal dan mengolah data oseanografi. selamat membaca ============================================== Argo Untuk Menginformasikan Keadaan Lautan dan Iklim Lamona Irmudyawati Bernawis Pelajar S3, Laboratory of Physics and Environmental Modelling Tokyo University of Marine Science and Technology Sejarah singkat Bermula sebagai bagian dari World Ocean Circulation Experiment (WOCE) 1990-1997, Russ Davis dari Scripps University of Oceanography dan Doug Webb dari Webb Research Corporation membangun Autonomous Lagrangian Circulation Explorer (ALACE) untuk mengambil data arus laut di kedalaman 1000m pada seluruh lautan. ALACE ini dipasang pada pengapung (float), yang diatur akan naik ke permukaan laut dalam selang yang teratur agar posisinya dapat diperbaiki melalui satelit. Kemudian disadari bahwa dalam proses naik ke p

Ocean Day

As a result of a United Nations General Assembly resolution passed in December 2008, World Oceans Day is now officially recognized by the UN as June 8th each year. The concept for a “World Ocean Day” was first proposed in 1992 by the Government of Canada at the Earth Summit in Rio de Janeiro, and it had been unofficially celebrated every year since then. Since 2002, The Ocean Project and the World Ocean Network have helped to promote and coordinate World Oceans Day events worldwide. We help coordinate events and activities with aquariums, zoos, museums, conservation organizations, universities, schools, and businesses. Each year an increasing number of countries and organizations have been marking June 8th as an opportunity to celebrate our world ocean and our personal connection to the sea. Together, we also developed and widely circulated a petition to the United Nations urging them to officially recognize World Oceans Day. With help from our Partner organizations, tens of thousands

Indonesian drought, Kenyan flooding

by Chun Knee Tan on July 5, 2008 Keywords: climate systems, drought, El nino, flood, Indian Ocean Dipole, Indonesia, Kenya When a drought occurs in Indonesia, there could be flooding later in Kenya. But what are the linkages between these two disasters? The answer is a phenomenon discovered 10 years ago called Indian Ocean Dipole (IOD). During normal conditions in the Indian Ocean, the sea surface temperature is warmer in the east and cooler in the west. When an Indian Ocean Dipole event occurs, the situation is reversed. Cooling of the eastern part of the Indian Ocean results in less convection and less rain. Consequently, we see a longer drought in western Indonesia during the summer and fall. Meanwhile, on the opposite side of the Indian Ocean, the abnormal warming results in enhanced cloud formation, more rain and serious flooding in eastern Africa. Current research has revealed that this IOD effect not only alters weather patterns in the surrounding region, but als