Skip to main content

Teknologi Satelit dan Skill yang Ada

Beberapa hari yang lalu saya mendapat kabar gembira dari seorang teman via jejaring sosial bahwa di atelah menyelesaikan petualangan meraih gelar master dari Korea. Tentu saja Korea yang dimaksud adalah Korea Selatan yang mempunyai bandwidth internet terbesar dan tercepat di dunia. Adapun bidang yang ditempuh teman tersebut tidak jauh-jauh dari GIS (geographical Information System) di bidang kelautan tentunya.

Menarik untuk dilihat bahwa saat ini kemajuan teknologi sangat membantu perkembangan sains itu sendiri, Ada sebuah sinergi yang luarbiasa saling menguntungkan antara teknologi informasi (baca: komputer dan turunannya) dengan ilmu aplikasi lainnya. Dalam bidang kelautan dan metorologi pada khususnya tentu mempunyai peranan yang sangat besar pula dalam mengungkap misteri dibalik fenomena alam ini. Salah satunya adalah bidang yang ditekuni seorang teman tadi dengan memanfaatkan teknologi informasi serta data satelit untuk kemudian diolah sedemikian rupa dengan (lagi-lagi) teknologi komputer untuk menjadi sebuah 'peta' yang bisa memberikan petunjuk bagi orang yang membacanya.

Kalau berbicara tentanga data satelit, bidang kelautan dan meteorologi saat ini juga sangat terbantu oleh teknologi tersebut. Bisa kita bayangkan berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh Klaus Wyrtki, seorang ilmuwan asal Universitas Hawaii hanya untuk memetakan dan memahami perairan Indonesia dengan observasi langsungnya. Belum lagi kalau kita berbicara lautan dan samudera secara global. Sejak tahun 70-an tugas tersebut dipermudah dengan satelit yang diperuntukan riset dalam bidang-bidang khusus seperti ini. Lembaga antariksa USA masih menjadi pemimpin dalam bidang teknologi satelit ini, terlepas dari kebijakan pemerintahan baru Mr. Obama yang mengurangi dana untuk bidang persatelitan ini. Ketergantungan para ilmuwan terhadap satelit sekali lagi terbukti untuk 'mempermudah' dalam memahami dan menyingkap fenomena alam seperti interaksi lautan dan atmosphere untuk selanjutnya digunakan bagi kesejahteraan manusia secara umum. MAsih banyak misteri lainnya yang harus diungkapkan di luar sana, hanyak kekuatan skill-lah yang bisa mengimbangi peningkatan teknologi satelit yang ada tersebut.

Comments

Popular posts from this blog

Data Argo Float

Berikut adalah artikel yang saya dapatkan dari http://www.mosaiklautkita.com/ARGO.html yang merupakan tulisan dari Dr.Lamona Barnawis. Cukup bagus untuk tahapan-tahapan dalam mengenal dan mengolah data oseanografi. selamat membaca ============================================== Argo Untuk Menginformasikan Keadaan Lautan dan Iklim Lamona Irmudyawati Bernawis Pelajar S3, Laboratory of Physics and Environmental Modelling Tokyo University of Marine Science and Technology Sejarah singkat Bermula sebagai bagian dari World Ocean Circulation Experiment (WOCE) 1990-1997, Russ Davis dari Scripps University of Oceanography dan Doug Webb dari Webb Research Corporation membangun Autonomous Lagrangian Circulation Explorer (ALACE) untuk mengambil data arus laut di kedalaman 1000m pada seluruh lautan. ALACE ini dipasang pada pengapung (float), yang diatur akan naik ke permukaan laut dalam selang yang teratur agar posisinya dapat diperbaiki melalui satelit. Kemudian disadari bahwa dalam proses naik ke p

Ocean Day

As a result of a United Nations General Assembly resolution passed in December 2008, World Oceans Day is now officially recognized by the UN as June 8th each year. The concept for a “World Ocean Day” was first proposed in 1992 by the Government of Canada at the Earth Summit in Rio de Janeiro, and it had been unofficially celebrated every year since then. Since 2002, The Ocean Project and the World Ocean Network have helped to promote and coordinate World Oceans Day events worldwide. We help coordinate events and activities with aquariums, zoos, museums, conservation organizations, universities, schools, and businesses. Each year an increasing number of countries and organizations have been marking June 8th as an opportunity to celebrate our world ocean and our personal connection to the sea. Together, we also developed and widely circulated a petition to the United Nations urging them to officially recognize World Oceans Day. With help from our Partner organizations, tens of thousands

Indonesian drought, Kenyan flooding

by Chun Knee Tan on July 5, 2008 Keywords: climate systems, drought, El nino, flood, Indian Ocean Dipole, Indonesia, Kenya When a drought occurs in Indonesia, there could be flooding later in Kenya. But what are the linkages between these two disasters? The answer is a phenomenon discovered 10 years ago called Indian Ocean Dipole (IOD). During normal conditions in the Indian Ocean, the sea surface temperature is warmer in the east and cooler in the west. When an Indian Ocean Dipole event occurs, the situation is reversed. Cooling of the eastern part of the Indian Ocean results in less convection and less rain. Consequently, we see a longer drought in western Indonesia during the summer and fall. Meanwhile, on the opposite side of the Indian Ocean, the abnormal warming results in enhanced cloud formation, more rain and serious flooding in eastern Africa. Current research has revealed that this IOD effect not only alters weather patterns in the surrounding region, but als