Skip to main content

Empat Ribu Pulau Terancam Tenggelam


11 Juni 2009

Sekurangnya 4.000 pulau di wilayah Indonesia diprediksi terancam tenggelam dalam kurun waktu satu dasawarsa, sebagai dampak dari laju ekstrim iklim global yang mengakibatkan es di kutub terus mencair yang memengaruhi penambahan permukaan air laut.

Prediksi tersebut disampaikan Deputi Meneg Lingkungangan Hidup Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat, Dr Henri Bustaman, kepada wartawan di Bandung, Rabu. Prediksi tentang ancaman terhadap ribuan pulau di Indonesia itu sebagai hasil simulasi yang dilakukan sebuah tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun lalu 2008.

Disebutkan, pasang tinggi di pantai utara (Pantura) Jawa pada beberapa waktu lalu permukaan air laut meninggi tiga meter dan suhunya panas. "Selain itu pulau-pulau di wilayah timur Indonesia yang paling mungkin tenggelam," ucapnya.

Di samping itu, pulau-pulau terluar di Indonesia juga diperkirakan akan hilang dan mengakibatkan pengurangan wilayah Indonesia secara politis dan bisa menjadikan ketahanan dan pertahanan bangsa menjadi rapuh. Perlu melakukan langkah-langkah pencegahan, seperti dilakukan Kementerian LH bekerja sama dengan Lembaga Pertahanan Nasional.

Henri Bustaman berharap Indonesia jangan sampai seperti Maladewa yang mulai tenggelam dan 10 ribu penduduk terpaksa mengungsi ke Selandia Baru.

Kementrian LH juga terus mensosialisasikan program penyelamatan lingkungan termasuk pulau-pulau kepada masyarakat sekitar dengan program penanaman bakau untuk mencegah intrusi air laut. Namun yang menjadi masalah sinergi kewenangan antara pusat dengan daerah karena Pemda tidak selalu mengikuti kebijakan pusat terkait masalah lingkungan.

Untuk itu Pemda dipersilahkan untuk melakukan perencanaan dan pemetaan langkah penyelematan lingkungan hidup sesuai kondisi dan kebutuhan daerah.

Sumber: www.republika.co.id

Comments

Popular posts from this blog

Data Argo Float

Berikut adalah artikel yang saya dapatkan dari http://www.mosaiklautkita.com/ARGO.html yang merupakan tulisan dari Dr.Lamona Barnawis. Cukup bagus untuk tahapan-tahapan dalam mengenal dan mengolah data oseanografi. selamat membaca ============================================== Argo Untuk Menginformasikan Keadaan Lautan dan Iklim Lamona Irmudyawati Bernawis Pelajar S3, Laboratory of Physics and Environmental Modelling Tokyo University of Marine Science and Technology Sejarah singkat Bermula sebagai bagian dari World Ocean Circulation Experiment (WOCE) 1990-1997, Russ Davis dari Scripps University of Oceanography dan Doug Webb dari Webb Research Corporation membangun Autonomous Lagrangian Circulation Explorer (ALACE) untuk mengambil data arus laut di kedalaman 1000m pada seluruh lautan. ALACE ini dipasang pada pengapung (float), yang diatur akan naik ke permukaan laut dalam selang yang teratur agar posisinya dapat diperbaiki melalui satelit. Kemudian disadari bahwa dalam proses naik ke p

Ocean Day

As a result of a United Nations General Assembly resolution passed in December 2008, World Oceans Day is now officially recognized by the UN as June 8th each year. The concept for a “World Ocean Day” was first proposed in 1992 by the Government of Canada at the Earth Summit in Rio de Janeiro, and it had been unofficially celebrated every year since then. Since 2002, The Ocean Project and the World Ocean Network have helped to promote and coordinate World Oceans Day events worldwide. We help coordinate events and activities with aquariums, zoos, museums, conservation organizations, universities, schools, and businesses. Each year an increasing number of countries and organizations have been marking June 8th as an opportunity to celebrate our world ocean and our personal connection to the sea. Together, we also developed and widely circulated a petition to the United Nations urging them to officially recognize World Oceans Day. With help from our Partner organizations, tens of thousands

Indonesian drought, Kenyan flooding

by Chun Knee Tan on July 5, 2008 Keywords: climate systems, drought, El nino, flood, Indian Ocean Dipole, Indonesia, Kenya When a drought occurs in Indonesia, there could be flooding later in Kenya. But what are the linkages between these two disasters? The answer is a phenomenon discovered 10 years ago called Indian Ocean Dipole (IOD). During normal conditions in the Indian Ocean, the sea surface temperature is warmer in the east and cooler in the west. When an Indian Ocean Dipole event occurs, the situation is reversed. Cooling of the eastern part of the Indian Ocean results in less convection and less rain. Consequently, we see a longer drought in western Indonesia during the summer and fall. Meanwhile, on the opposite side of the Indian Ocean, the abnormal warming results in enhanced cloud formation, more rain and serious flooding in eastern Africa. Current research has revealed that this IOD effect not only alters weather patterns in the surrounding region, but als