Skip to main content

ALAM DAN ULAH MANUSIA

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali.” (QS. AR-Ruum [30]: 41).

Ayat di atas dengan sangat jelas menyebutkan terjadinya kerusakan yg dilakukan manusia di muka bumi ini. Dalam kenyataannya, memang manusia tidak pernah berhenti untuk melakukan eksploitasi tak terkendali dengan tujuan utama materi dan ekonomi. Di daratan, banyak hutan yang ditebang hanya dalam hitungan menit baik yg legal maupun ilegal tanpa melakukan tanam ulang, semisal di hutan tropis Kalimantan dan Sumatera. Perut bumi pun tak pernah berhenti digali untuk mendapatkan pasir, emas dan barang tambang lainnya seperti di Papua dan Sumbawa. Ternyata di laut pun sama saja, kilang minyak lepas pantai banyak yang mengabaikan ekosistem di sekitarnya, belum lagi kalau ada kebocoran minyak atau bahkan kecelakaan tanki minyak yang menumpahkan minyaknya ke laut.

Lalu dimanakah peran agama yang seharusnya menjadi tameng terdepan dalam melindungi alam ini?

Islam sebagai agama paripurna tentu saja mempunyai konsep “ramah lingkungan”. Ayat di atas menjadi salah satu indikasi dari kepedulian dan peran Islam terhadap lingkungan. Sehingga Alloh SWT menimpakan akibat dari perbuatan manusia yang merusak itu dalam berbagai bentuk bencana, mulai dari kekeringan, kebakaran hutan, banjir, longsor, paceklik ikan, resesi ekonomi, dll. Alloh SWT menyadarkan manusia agar segera kembali kepada jalan kebaikan dan fitrah manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.

Manusia ditugaskan sebagai khalifah di muka bumi ini (QS. al-Baqarah[2]: 30), disaat makhluk lain tidak sanggup mengemban tugas tersebut. Selaiin itu, walaupun alam diciptakan untuk kepentingan manusia (QS. Luqman[31]: 20), tetapi tidak diperkenankan menggunakannya secara semena-mena. Sehingga, perusakan terhadap alam merupakan bentuk dari pengingkaran terhadap ayat-ayat (keagungan) Allah, dan akan dijauhkan dari rahmat-Nya (QS. al-A’raf[7]: 56).

Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan penuh harap (akan dikabulkan). Sesungguhnya, rahmat Allah sungguh dekat dengan orang-orang yang berbuat baik..” (QS. al-A’raf[7]: 56)

Sementara itu, Yusuf Qardhawi dalam Ri’ayah al-Bi’ah fiy Syari’ah al-Islam (2001) menjelaskan bahwa memelihara lingkungan sama halnya dengan menjaga lima tujuan dasar syariat Islam (maqashid al-syari’ah). Sebab, kelima dasar tujuan Islam tersebut bisa terlaksana jika lingkungan dan alam semesta mendukungnya. Karena itu, memelihara lingkungan sama hukumnya dengan maqashid al-syari’ah.

Bijak Terhadap Alam dapat kita lakukan dari diri kita sendiri dengan hal sederhana, semisal :

- Hemat menggunakan air, listrik, gas, BBM.

- Hemat menggunakan tissue dan kertas.

- Menerapkan 3 R (reuse-reduce-recycle).

- “menghijaukan” sekitar rumah kita dengan tanaman.

- dll

Sudah saatnya kita kembali untuk mendapatkan rahmat Alloh dengan menjaga alam ini sebagai titipan Alloh SWT kepada manusia untuk memanfaatkannya dengan bijak tanpa harus menunggu teguran dari Alloh SWT. Wallahu a’lam

Comments

In such a situation, it is firstly necessary to draw some facts that would prove this statement. cheap writings services

Popular posts from this blog

Data Argo Float

Berikut adalah artikel yang saya dapatkan dari http://www.mosaiklautkita.com/ARGO.html yang merupakan tulisan dari Dr.Lamona Barnawis. Cukup bagus untuk tahapan-tahapan dalam mengenal dan mengolah data oseanografi. selamat membaca ============================================== Argo Untuk Menginformasikan Keadaan Lautan dan Iklim Lamona Irmudyawati Bernawis Pelajar S3, Laboratory of Physics and Environmental Modelling Tokyo University of Marine Science and Technology Sejarah singkat Bermula sebagai bagian dari World Ocean Circulation Experiment (WOCE) 1990-1997, Russ Davis dari Scripps University of Oceanography dan Doug Webb dari Webb Research Corporation membangun Autonomous Lagrangian Circulation Explorer (ALACE) untuk mengambil data arus laut di kedalaman 1000m pada seluruh lautan. ALACE ini dipasang pada pengapung (float), yang diatur akan naik ke permukaan laut dalam selang yang teratur agar posisinya dapat diperbaiki melalui satelit. Kemudian disadari bahwa dalam proses naik ke p

Ocean Day

As a result of a United Nations General Assembly resolution passed in December 2008, World Oceans Day is now officially recognized by the UN as June 8th each year. The concept for a “World Ocean Day” was first proposed in 1992 by the Government of Canada at the Earth Summit in Rio de Janeiro, and it had been unofficially celebrated every year since then. Since 2002, The Ocean Project and the World Ocean Network have helped to promote and coordinate World Oceans Day events worldwide. We help coordinate events and activities with aquariums, zoos, museums, conservation organizations, universities, schools, and businesses. Each year an increasing number of countries and organizations have been marking June 8th as an opportunity to celebrate our world ocean and our personal connection to the sea. Together, we also developed and widely circulated a petition to the United Nations urging them to officially recognize World Oceans Day. With help from our Partner organizations, tens of thousands

Indonesian drought, Kenyan flooding

by Chun Knee Tan on July 5, 2008 Keywords: climate systems, drought, El nino, flood, Indian Ocean Dipole, Indonesia, Kenya When a drought occurs in Indonesia, there could be flooding later in Kenya. But what are the linkages between these two disasters? The answer is a phenomenon discovered 10 years ago called Indian Ocean Dipole (IOD). During normal conditions in the Indian Ocean, the sea surface temperature is warmer in the east and cooler in the west. When an Indian Ocean Dipole event occurs, the situation is reversed. Cooling of the eastern part of the Indian Ocean results in less convection and less rain. Consequently, we see a longer drought in western Indonesia during the summer and fall. Meanwhile, on the opposite side of the Indian Ocean, the abnormal warming results in enhanced cloud formation, more rain and serious flooding in eastern Africa. Current research has revealed that this IOD effect not only alters weather patterns in the surrounding region, but als