Skip to main content

SEKILAS ATMOSFER BUMI

Bumi seperti juga planet-planet lainnya dalam tata surya kita memiliki atmosfer yang mengandung berbagai jenis gas. Khusus untuk Bumi, atmosfer kita berfungsi tidak hanya untuk menyelimuti planet ini dari hantaman benda asing, tetapi juga dari ultraviolet matahari dengan lapisan ozon-nya. Adapun jenis-jenis gas yang terkandung di dalam atmosfer itu tergantung pada masing-masing lapisannya. Berikut lapisan-lapisan atmosfer yang menyelubungi Bumi.

Lapisan Atmosfer Bumi

1. Troposfer

2. Stratosfer

3. Mesosfer

4. Termosfer (ionosfer)

5. Eksosfer atau Desifasister

atmosfer3.jpg

Kandungan Udara Atmosfer

Nama Gas

Simbol Kimia

Volume (%)

Nitogen

Oksigen

Argon

Karbondioksida

Neon

Helium

Ozon

Hidrogen

Krypton

Metana

Xenon

N2

O2

Ar

CO2

Ne

He

O3

H2

Kr

CH4

Xe

78,08

20,95

0,93

0,034

0,0018

0,0052

0,0006

0,00005

0,00011

0,00015

Sangat kecil

Lapisan I - Troposfer

  • Lapisan terbawah dari atmosfer bumi
  • Terletak pada ketinggian 0 - 18 km di atas permukaan bumi.
  • Memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan mahkluk hidup di muka bumi
  • Terjadi peristiwa-peristiwa seperti cuaca dan iklim
  • 80% dari seluruh massa gas yang terkandung dalam atmosfer terdapat pada lapisan ini
  • Memiliki ciri khas : suhu (temperatur) udara menurun sesuai dengan perubahan ketinggian, yaitu setiap naik 100 meter dari permukaan bumi, suhu (temperatur) udara menurun sebesar ± 0,5°C

Lapisan II - Stratosfer

  • Terletak pada ketinggian antara 18 - 49 km dari permukaan bumi.
  • Ditandai dengan adanya proses inversi suhu, artinya suhu udara bertambah tinggi seiring dengan kenaikan ketinggian.
  • Tidak ada lagi uap air,awan ataupun debu atmosfer
  • Pesawat-pesawat yang menggunakan mesin jet terbang pada lapisan ini.

Lapisan III - Mesosfer

  • Terletak pada ketinggian antara 49 - 82 km dari permukaan bumi.
  • Merupakan lapisan pelindung bumi dari jatuhan meteor atau benda-benda angkasa luar lainnya.
  • Ditandai dengan penurunan suhu (temperatur) udara, rata-rata 0,4°C per seratus meter
  • Temperatur terendah di mesosfer kurang dari -81°C,

Lapisan IV - Termosfer/Ionosfer

  • Terletak pada ketinggian antara 82 - 800 km dari permukaan bumi.
  • Tempat terjadinya ionisasi partikel-partikel yang dapat memberikan efek pada perambatan/refleksi gelombang radio, baik gelombang panjang maupun pendek
  • Kenaikan temperatur dapat berlangsung mulai dari - 100°C hingga ratusan bahkan ribuan derajat celcius
  • Lapisan yang paling tinggi dalam termosfer adalah termopause
  • Temperatur termopause konstan terhadap ketinggian, tetapi berubah dengan waktu karena pengaruh osilasi

Lapisan IV - Eksosfer/Desifasister

  • Terletak pada ketinggian antara 800 - 1000 km dari permukaan bumi
  • Merupakan lapisan paling panas dan molekul udara dapat meninggalkan atmosfer sampai ketinggian 3.150 km dari permukaan bumi
  • Merupakan tempat terjadinya gerakan atom-atom secara tidak beraturan
  • Disebut pula dengan ruang antar planet dan geostasioner.

Lapisan ini sangat berbahaya, karena merupakan tempat terjadi kehancuran meteor dari angkasa luar.

Selain itu setiap lapisan Atmosfer tersebut mempunyai tekanan dan kerapatan udara masing-masing, sebagaimana tergambar pada gambar berikut:

Selain itu, perlu diketaui pula bahwa temperatur udara biasanya menurun seiring dengan meningkatnya ketinggian dari permukaan. Sebagai contoh, saat Anda naik pesawat udara pada ketinggian 9 km,maka temperatur udara di luar kaca jendela pesawat Anda terseut berkisar -50 oC setara dengan lebih dari 60 oC lebih dingin dibandingkan dengan temperatur udara di permukaan bumi di bawah Anda.


(The Atmosphere: An Introduction to Meteorology, 4th Ed., by F.K. Lutgens and E.J. Tarbuck)

Comments

infogue said…
This comment has been removed by a blog administrator.
Forum Ane said…
Mantab Gan...!
Posting terus yang banyak..
Numpang Copas ya...
buat tugas ane

Popular posts from this blog

Data Argo Float

Berikut adalah artikel yang saya dapatkan dari http://www.mosaiklautkita.com/ARGO.html yang merupakan tulisan dari Dr.Lamona Barnawis. Cukup bagus untuk tahapan-tahapan dalam mengenal dan mengolah data oseanografi. selamat membaca ============================================== Argo Untuk Menginformasikan Keadaan Lautan dan Iklim Lamona Irmudyawati Bernawis Pelajar S3, Laboratory of Physics and Environmental Modelling Tokyo University of Marine Science and Technology Sejarah singkat Bermula sebagai bagian dari World Ocean Circulation Experiment (WOCE) 1990-1997, Russ Davis dari Scripps University of Oceanography dan Doug Webb dari Webb Research Corporation membangun Autonomous Lagrangian Circulation Explorer (ALACE) untuk mengambil data arus laut di kedalaman 1000m pada seluruh lautan. ALACE ini dipasang pada pengapung (float), yang diatur akan naik ke permukaan laut dalam selang yang teratur agar posisinya dapat diperbaiki melalui satelit. Kemudian disadari bahwa dalam proses naik ke p

Ocean Day

As a result of a United Nations General Assembly resolution passed in December 2008, World Oceans Day is now officially recognized by the UN as June 8th each year. The concept for a “World Ocean Day” was first proposed in 1992 by the Government of Canada at the Earth Summit in Rio de Janeiro, and it had been unofficially celebrated every year since then. Since 2002, The Ocean Project and the World Ocean Network have helped to promote and coordinate World Oceans Day events worldwide. We help coordinate events and activities with aquariums, zoos, museums, conservation organizations, universities, schools, and businesses. Each year an increasing number of countries and organizations have been marking June 8th as an opportunity to celebrate our world ocean and our personal connection to the sea. Together, we also developed and widely circulated a petition to the United Nations urging them to officially recognize World Oceans Day. With help from our Partner organizations, tens of thousands

Indonesian drought, Kenyan flooding

by Chun Knee Tan on July 5, 2008 Keywords: climate systems, drought, El nino, flood, Indian Ocean Dipole, Indonesia, Kenya When a drought occurs in Indonesia, there could be flooding later in Kenya. But what are the linkages between these two disasters? The answer is a phenomenon discovered 10 years ago called Indian Ocean Dipole (IOD). During normal conditions in the Indian Ocean, the sea surface temperature is warmer in the east and cooler in the west. When an Indian Ocean Dipole event occurs, the situation is reversed. Cooling of the eastern part of the Indian Ocean results in less convection and less rain. Consequently, we see a longer drought in western Indonesia during the summer and fall. Meanwhile, on the opposite side of the Indian Ocean, the abnormal warming results in enhanced cloud formation, more rain and serious flooding in eastern Africa. Current research has revealed that this IOD effect not only alters weather patterns in the surrounding region, but als