Tiada hari tanpa inovasi! Begitu semangat yang dipegang Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad ketika beliau masih menjabat sebagai Gubernur Gorontalo. Dari provinsi yang tergolong masih belia ini beliau belajar membangun kelautan dan perikanan. Berikut penuturan langsung pengalamannya.
Ketika mengawali kedinasan saya sebagai Gubernur Gorontalo, pertama yang saya cari adalah data tentang profil ekonomi masyarakat petani dan nelayan, karena mereka merupakan mayoritas penduduk Gorontalo. Data yang saya peroleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo menunjukkan bahwa saat itu ada sekitar 30.100 Rumah Tangga Perikanan (RTP) yang beranggotakan sekitar 125.000 jiwa (14,79%) dari total penduduk Provinsi Gorontalo tahun 2002 yaitu 845.166 j iwa. Mereka menggantungkan hidupnya pada ekonomi kelautan dan perikanan. 98.200 jiwa dari mereka berprofesi sebagai nelayan.
Struktur sosial ekonomi RTP di Provinsi Gorontalo saat itu masih berbentuk piramida ini mencerminkan betapa tingginya ketimpangan sosial ekonomi di sektor perikanan. 85,85% atau 25-840 RTP adalah nelayan tanpa perahu motor dengan alat tangkapan sederhana, 13,95% atau 4.200 RTP digolongkan ke dalam nelayan tingkat menengah yang mampu memiliki perahu dengan motor tempel, alat tangkap agak modern seperti pancing rawai, gill net, mini purse seine alat tangkap lainnya, sedangkan nelayan papan atas hanya ada sebanyak 60 atau 0,20% mereka telah mampu memiliki armada kapal motor.
Nelayan rata-rata hanya memiliki kesempatan melaut sekitar 8 bulan dengan pendapatan rata-rata antara Rp 133.333 hingga Rp 200.000. Pada umumnya masyarakat pesisir terutama nelayan yang bermukim di sepanjang pantai menempati rumah tinggal yang sangat sederhana, mereka sebagian besar terutama anak-anak mengidap gizi buruk, ironisnya mereka sebagai nelayan tetapi jarang makan ikan, karena hasil tangkapan langsung dijual untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Memutar Otak
Saya memutar otak bagaimana caranya melakukan percepatan pengurangan kemiskinan pada masyarakat nelayan. Pikiran saya mengatakan bahwa harus ada master plan yang disusun dari hasil survei lapangan dan studi ilmiah untuk pembangunan ekonomi kelautan dan pengembangan masyarakat pesisir. Saya mengundang kawan-kawan dari Fakultas Perikanan IPB untuk membuat master plan tersebut. Mereka melakukan studi lapangan di Gorontalo sebagai bahan untuk menyusun master plan pengembangan masyarakat nelayan/pesisir dan ekonomi kelautan. Tim IPB yang diketuai oleh Profesor. Tridoyo berhasil merumuskan pola pengembangan masyarakat nelayan/pesisir dan ekonomi kelautan ke dalam 11 model.
Kesebelas model tersebut adalah menyangkut perikanan tangkap, pelabuhan perikanan, budidaya perikanan, koservasi dan wisata bahari, desa nelayan, pengembangan SDM kelautan, Pengembangan pelabuhan udara cargo, marine industri, pengembangan kota pantai, pengembangan pulau-pulau kecil, serta pengembangan energi angin dan gelombang.
Model yang disampaikan oleh Tim IPB memang ideal tetapi untuk melaksanakannya membutuhkan resources yang sangat besar. Resources yang dimiliki Provinsi Gorontalo sangat terbatas oleh karenanya hams memilih beberapa model pengembangan yang mampu memberikan dampak bagipengembangan ekonomi nelayan dan model itu hams mampu menarik perhatian pemerintah pusat. Harus
ada daya magnit yang besar yang mampu menginduksi nelayan untuk lebih bersemangat dalam
berekonomi, saya menggunakan Teluk Tomini sebagai titik masuk untuk memasarkan pembangunan
perikanan dan brand Gorontalo ke luar daerah.
Saya mempunyai gagasan bahwa pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut harus didedikasikan untuk memfasilitasi sumber penghidupan masyarakat pesisir dan nelayan serta untuk mendorong perkembangan ekonomi wilayah. Oleh karenanya pembangunan perikanan dan kelautan harus difokuskan pada pembentukan "etalase kelautan" yaitu suatu kawasan dengan sekumpulan model-model pengelolaan sumber daya kelautan yang berkelanjutan dengan keragaman sumber daya, sistem pemanfaatan, sistem kelembagaan yang berkinerja optimal dan bijak sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Konsep etalase kelautan ini adalah suatu konsep pembangunan ekonomi yang bertumpu pada sinergitas pengembangan perikanan tangkap, pelabuhan perikanan, budidaya perikanan, desa nelayan, dan pengembangan SDM Perikanan sehingga mampu menjadi penggerak ekonomi masyarakat pesisir dan nelayan.
Reran yang harus dijalankan oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo dalam kerangka pembangunan kawasan yang berbasis sumber daya pesisir dan kelautan adalah (1) memposisikan diri sebagai sentra utama pengembangan kawasan Teluk Tomini dan sekitarnya, dan (2) menjadikan Provinsi Gorontalo sebagai etalase kelautan. Kedua peran ini akan mampu meningkatkan leverage Provinsi Gorontalo dalam menarik perhatian pemerintah pusat dan investasi di sektor kelautan dan perikanan. Untuk itu diperlukan empat sumber daya utama yaitu sumber daya alam, sumber daya buatan (kebijakan, infrastmktur), sumber daya manusia, dan sumber daya sosial. (dikutip dari buku: Fadel Muhammad: Laut dan Ikan Untuk Rakyat, meningkatkan Pendapatan Nalayan dan Masyarakat Pesisir).
Sumber :
Majalah Demersal Edisi Oktober 2009
Comments